Selasa, 16 April 2013

Margareta is Belieber: Bieber Love Story-Coffee of Love

Margareta is Belieber: Bieber Love Story-Coffee of Love

Bieber Love Story-Coffee of Love


-BLS ‘COFFEE OF LOVE’ PART 2-

............................
Pagi pun tiba. Kubuka mataku pelan-pelan. “hoam, good morning world” ucapku sekaligus menyapa dunia yang indah ini. Aku melihat jam yang ada di meja kamarku. “6 pagi” aku bergegas mandi dan segera berangkat ke kedai coffee untuk memulai bekerja. Aku mengayuh sepedaku menerjang dinginnya salju, walaupun dekat akun ingin mengayuh sepeda, jujur aku tidak terlalu suka berjalan. Apalagi aku harus mengenakan sepatu boots coklatku yang bisa dibilang sedikit berat, atau kadang banyak permen karet yang menempel, aku harus membersihkannya. Aku sampai di kedai coffee ku dan menjumpai wanita paruh baya yang berperawakan 38 tahun, ya dia Pattie. Pattie duduk di bangku panjang di depan kedai sendirian, aku segera menghampiri Pattie.

“Hai Pattie” sapaku sembari meletakkan sepedaku di sudut kedai. “Hai Franc, aku menunggumu” jawab Pattie sembari menggosok-gosokkan dan meniup tangannya “Menungguku? Kau terlihat sangat kedinginan. Mau masuk?” tawarku sembari merogoh-rogoh kantong sweaterku untuk mengambil kunci kedai coffeeku. “oh.... tentu” jawab Pattie dan muka Pattie sudah memucat karna kedinginan. Aku segera bergegas membuka pintu kedaiku. ‘ceklek’ aku merangkul Pattie yang kedinginan dan berjalan masuk ke dalam “duduk dulu, aku buatkan hot coffee, kau terlihat sangat kedinginan” “Terima kasih” Pattie duduk dan aku segera membuatkan secangkir hot coffee untuk Pattie, aku memberi secangkir coffee “for you” “Thanks, youre very nice” “Thanks, sorry, I must go to work. Can I leave you?” “ofc thanks” “you’re welcome” jawabku dan memberi senyum termanisku dan meninggalkan Pattie untuk melayani tamu yang lain.

‘Ceklek’ pintu kedai yang semula tertutup dan sengaja memang kututup karena udara luar yang sangat dingin sekarang terbuka. Angin dingin masuk mengenai kulitku, membuat pipiku merah karena dingin. Beberapa pria dan wanita masuk kedai, membuat kedaiku semakin penuh oleh pelanggan. Mereka duduk berjajar, aku segera menghampiri mereka untuk menawarkan menu. “hay Franc, aku ingin milk coffee dan tambahkan coklat dan madu” kata Justin. Ya mereka Justin dan... hmmm aku rasa Bieber Crew. Aku tersenyum “Justin, kau kenal dia?” tanya seorang pria paruh baya “of course” jawab singkat Justin “oh, beautiful girl” goda seorang pemuda tampan “mau pesan apa?” tanyaku pada yang lain” “milk coffee, white coffee, hot coffee and coffee with cream” Jawab yang lain dan seorang wanita “okay, wait for a few minutes” aku bergegas membuat pesanan. Setelah beberapa menit, aku mengantarkan pesanan ke Justin dan Bieber Crew. Setelah meletakkan di meja “Franc” Panggil seorang wanita yang aku yakini itu Pattie, aku segera menghampiri Pattie “Franc, thanks for your coffee. How much can I pay?” “oh, no...no...no... tak perlu kau membayar, lagi pula kau sudah menungguku sampai kedinginan. Anggap saja ini sebagai permohonan maafku” Jawabku “Kau memang gadis yang sangat baik” Puji Pattie “Hay mom” sapa seorang pria ke Pattie “Hay Justin” balas Pattie dan segera memeluk Justin. “Mom?” tanyaku sambil mengernyitkan dahi..........


Part 2 is end. WDYT? Please comment
Wait for  the next part.
Thanks for reading. xx
BLS by @reta_felle and @rachma_novala

Margareta is Belieber: Bieber Love Story-Coffee of Love

Margareta is Belieber: Bieber Love Story-Coffee of Love

Bieber Love Story-Coffee of Love


-BLS ‘COFFEE OF LOVE’ PART 1-

“Nyonya, mau pesan apa?” Tanyaku sembari memberikan pilihan menu macam-macam coffee
“Saya ingin milk coffee” jawab perempuan paruh baya yang kuyakin sangat kedinginan karena hawa dingin yang menusuk tulang-tulangnya, akupun merasakannya.

Kuambilkan pesanan wanita itu dan segera kuantarkan ke mejanya “Silahkan” kataku dengan menyerahkan secangkir coffee yang hangat “Terimakasih. Kau manis sekali, siapa namamu?” puji dan tanyanya, kuyakin wajahku sudah merah merona. “Sama-sama. Namaku Francsista Parisa, anda dapat memanggilku Franc” jawabku sambil senyum manis padanya “Darimana kau berasal?” “Paris nyonya” “Panggil saja Pattie. Kenapa kau bekerja di sini?” Tanyanya lagi “Dulu saya tinggal di Paris, karena saya ingin mandiri saya pergi ke Canada dan sampai akhirnya kudapat membangun kedai kopi ini” “Kau memang gadis baik dan mandiri. Kurasa kuharus pulang” katanya sembari keluar meninggalkan beberapa uang dollar di meja.

Jam menunjukkan pukul 10 malam, kurasa kedaiku harus tutup. Ketika pintu mulai kukunci, kumerasakan ada yang menepuk bahun kananku, ku menoleh dan ku dapati pemuda tinggi, tampan, dan putih. Ku lihat seulas senyum di wajahnya, ya Tuhan senyumnya manis sekali “hey” sapanya “hey, siapa kamu?” “Aku Justin Bieber” jawabnya. Justin Bieber? Namanya seperti artis yang sedang naik daun saat ini. Aku sadar dia memang Justin Bieber artis terkenal itu. Memang, pengetahuanku tentang dunia maya dan teknologi tidak baik, sampai-sampai aku tak mengenali Justin Bieber. “Kenapa kau disini?” Tanyaku bingung “Aku ingin membeli secangkir kopi hangat” “Tapi kedaiku sudah tutup” “Ayolah, kumohon, ku ingin merasakan kopi buatanmu” Pintanya dengan wajah memohon, kutak dapat menolak permintaanya. “Baiklah ayo masuk. Tapi mengapa kau datang ke kedai kecilku ini, padahal ada kedai kopi yang lebih mewah?” kataku sembari membuka kedaiku kembali. “Karna aku tak suka keramaian jika aku sedang beristirahat atau sendiri” jawabnya. Dan kita berdua masuk.

“Kau mau pesan apa?” tanyaku sembari memberikan daftar menu di tanganku. Dia melihat semua menu yang ada “Tak ada yang kusuka” Jawabnya singkat. Pemuda ini membuatku geram, tapi apa daya ku harus sabar. “Hmmm, kusuka milk coffee, tapi tambahkan coklat dan madu” sambung Justin “Kau aneh sekali, bagaimana rasanya nanti?” “Sudahlah, buatkan saja” “Baiklah” Kataku. Ku mulai membuat kopi apa yang dimintanya. Dalam benakku bertanya ‘apakah enak kopi ini?’, tapi sudahlah ku harus segera mengantarkan kopi ini. Justin pasti sudah menunggu. Kusuguhkan secangkir kopi yang kutak tahu pasti bagaimana rasanya.
“Thanks” ucapnya. Kutatap wajahnya, tampan sekali wajahnya. Tak kusadari ternyata Justin melihat jika aku mentapnya “Kau ini kenapa? Aku tampan? Memang” gede rasa sekali Justin, tapi tak bisa dipungkiri memang Justin sangat tampan, pasti banyak sekali perempuan yang menginginkannya. “Tak usah gede rasa kau ini. Ku hanya berpikir, apa kopi yang kau minum itu enak?” elakku yang kutak mau Justin tahu jika aku memikirkannya. “Kau ini, kalau tak enak, tak mungkin aku meminumnya. Kopi buatanmu enak dan manis sekali. Manis seperti kau” puji Justin yang seketika membuat pipiku merah seperti tomat yang siap disergap “Dari tadi kutak tahu namamu. Siapa namamu?” Tanya Justin. “Franc, Francsista Parisa” jawabku malu-malu, karna kuyakin pipiku masih belum pulih berwarna coklat. “Beautiful name” “Kau ini, sukanya memuji” “Namamu memang cantik seperti kau cantiknya” Justin tak puasnya membuat pipiku memanas dan kuhanya dapat tersenyum malu. “Baiklah Franc, aku pulang dulu. Besok aku akan kembali mengajak teman-temanku. Dapatkah aku mendapat nomor telephonemu?”tanya Justin. Kumengangguk tanda ‘iya’ dan kuserahkan secarik kertas yang berisi nomor untuk Justin.

Justin pun pulang dan kututup kembali kedai kopi kecilku itu. Setelah semuanya selesai, akupun kembali ke rumah kecilku yang tak jauh dari kedai kopiku. Walau kecil, aku membeli rumah itu dengan hasil kerja kerasku sendiri. Ku akhiri hari ini dengan bahagia, kedai kopi ramai, dan dapat berkenalan dengan pemuda tampan Justin Bieber.........................................................................

Part 1 is end. WDYT? Please comment
Wait for  the next part.
Thanks for reading. xx
BLS by @reta_felle and @rachma_novala